Waktu Tepat Untuk Anak Belajar Mandiri

di tulis oleh Irfandi William Gates | 02.56 | | 0 komentar »


Waktu Tepat Untuk Anak Belajar Mandiri

Menginjak usia 13 tahun, orangtua sebaiknya membiarkan anak mandiri dan menentukan pilihan yang bertanggungjawab. (SuaraMedia News)
Menginjak usia 13 tahun, orangtua sebaiknya membiarkan anak mandiri dan menentukan pilihan yang bertanggungjawab. (SuaraMedia News)
Memasuki usia 13 tahun, orangtua sudah harus mengubah pola asuhnya. Ajarkan anak untuk mandiri dan biarkan mereka menentukan pilihan yang bertanggung jawab.
Masa remaja adalah masa yang sangat menyenangkan. Namun, jangan mengartikan dengan hanya bersenang-senang pada masa remaja. Sebab, seorang remaja harus mulai mandiri dan bertanggung jawab. Setelah masa kanak-kanak, seorang anak mulai mencoba semuanya sendiri. Mereka mulai merasa bisa melakukan ini-itu tanpa meminta bantuan orangtua. Bahkan, beberapa di antara mereka ada yang sudah merasa tidak bergantung lagi pada orangtua.

Umumnya ketika memasuki usia 13 tahun, anak banyak yang mengalami perubahan, termasuk dalam hal perubahan pola pikir. Dan untuk mengantar anak pada masa tersebut, sebaiknya diperlukan persiapan agar orangtua bisa menerima perubahan.

”Yang harus dipersiapkan salah satunya adalah kondisi orangtua, kenapa kondisi? Karena, sering sekali orangtua ‘tidak tega’ untuk melepas anak menjadi dewasa sehingga tidak membiarkan anak untuk belajar mandiri. Bila orangtua masih memperlakukan anaknya seperti anak kecil, dikhawatirkan anak tumbuh menjadi anak manja yang sering tidak bisa apa-apa,” ucap Konselor dan Kepala Lembaga Pelayanan Psikologi dari Universitas Krida Wacana (LPP Ukrida), Clara Moningka SPsi MSi.

Karena itu, orangtua harus belajar memperlakukan anak-anak secara dewasa. Orangtua harus memegang kendali selagi anak-anak masih kecil. Jangan pernah membiarkan anak yang justru mengendalikan orangtua. ”Jangan mencoba menoleransi ketidakmengertian anak hanya karena alasan masih kecil dan beranggapan bahwa nanti bila besar toh mereka berubah juga,” sebutnya.
Clara juga menyarankan untuk menciptakan lingkungan sehingga anak harus disiplin dan bertanggung jawab. Hal itu tidak harus dimulai dari hal besar, tapi bisa dimulai dari hal-hal yang kecil. Misalnya merapikan buku sendiri atau membawa tasnya sendiri.
Orangtua memberikan penjelasan mengenai konsekuensi dari perbuatannya. Janganlah orangtua merasa ketakutan dan malah tidak memberikan kesempatan kepada anak untuk bereksplorasi.

”Faktor pengasuhan yang terpenting, pengasuhan yang optimis dan yakin bahwa anak bisa mulai mandiri dan tidak selalu menuruti kemauan anak dapat menumbuhkan perilaku mandiri anak,” ucap psikolog lulusan Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma ini.

Latihlah cara bersosialisasi yang baik kepada anak untuk mengantarnya menuju masa remaja. Jika tidak begitu, dikhawatirkan yang terjadi membentuk sikap egois dan kurang peka terhadap lingkungan. Selain itu jika anak tidak bisa bersosialisasi dengan baik, maka pada pergaulannya akan sangat terasa dampaknya.

”Dalam hal pergaulan, orangtua juga harus memiliki kontrol dan pembatasan,” ujar Clara yang menamatkan program S-2 Magister Sains PIO di Universitas Gunadarma.

Dia menyebutkan, orangtua harus selalu menempatkan diri sebagai juri yang adil, tidak memihak, dan tidak membela siapa pun yang benar sehingga anak juga berpikir bahwa dia harus menyesuaikan diri.

Selain itu, kesempatan bersosialisasi dengan teman-teman sebaya misalnya, akan membuat mereka belajar bahwa sifatnya yang mau menang sendiri tidak bisa diterima. Anak akan menyadari bahwa ia juga sangat membutuhkan hubungan baik dengan temannya. Lambat laun akan terjadi perubahan alami dari diri anak sehingga anak dengan sendirinya belajar dari kondisi yang dihadapi.

Praktisi emotional intellegence parenting, Hanny Muchtar Darta dari Radani Emotional Intellegence Center mengatakan, saat inilah peran orangtua sebagai pendukung sangat dibutuhkan anak. Tentunya dengan gaya bahasa yang mudah dimengerti anak. ”Selanjutnya, orangtua dapat memberikan solusi sederhana yang dapat dilakukan si anak dengan kemampuannya yang masih terbatas,” sebutnya.

Pada masa anak beranjak remaja seperti ini, mereka telah mengetahui dan sadar akan hal-hal yang baik dan tidak baik yang terjadi pada dirinya dan lingkungannya. Mereka mulai sadar pada dirinya sendiri (self awareness). Mereka juga mulai tahu dirinya sudah bisa mengekspresikan kesenangan atau kekesalannya.

”Orangtua sudah harus mulai memberikan tanggung jawab kepada anak. Karena pada usia 13-15 tahun ini, anak sudah mulai ingin dihargai. Mereka juga ingin orangorang sekelilingnya memahaminya bahwa mereka bukan anak kecil lagi,  walaupun belum dewasa,” tuturnya.

Dalam hal pengendalian emosi, anak yang memasuki usia remaja jg memiliki karakter yang unik. Emosinya tidak stabil, sebentar naik, sebentar turun. Suatu saat mereka merasa sangat senang, tapi tidak lama kemudian mereka dapat menjadi marah atau sedih. Sering kali mereka tidak dapat mengendalikan perasaan-perasaannya tersebut. Untuk itu sebagai orangtua Anda harus sabar dan bijak menghadapinya. Remaja biasa memiliki emosi yang sering berubah dan tak menentu. Ada kalanya mereka bersukaria dan lincah, tapi ada kalanya juga bermuram durja, bahkan ingin melarikan diri dari kenyataan hidup yang tidak bisa diterimanya.

Hal ini wajar terjadi dalam diri anak pra-remaja, asal tidak berlangsung terus-menerus dalam jangka waktu yang cukup panjang. Dalam hidupnya, memang anakanak usia pra-remaja sering mengalami keresahan, kebimbangan, bahkan tekanan. Mereka memerlukan bimbingan dari orang dewasa yang dapat mengerti dan memahami mereka sebagaimana adanya.

0 komentar