Waspadai Gangguan Jiwa Bipolar!

di tulis oleh Irfandi William Gates | 03.17 | | 0 komentar »


Waspadai Gangguan Jiwa Bipolar!

Penyebab gangguan ini, tidak diketahui secara pasti. Faktor genetika, dan faktor psikososial. Para peneliti pun mengatakan bahwa terjadi disregulasi heterogen dari neurotransmitter atau zat kimia di otak. (SuaraMedia News)
Penyebab gangguan ini, tidak diketahui secara pasti. Faktor genetika, dan faktor psikososial. Para peneliti pun mengatakan bahwa terjadi disregulasi heterogen dari neurotransmitter atau zat kimia di otak. (SuaraMedia News)
Belakangan ini banyak sekali muncul kasus bunuh diri. Terakhir, ada seorang gadis cantik bunuh diri di mal bergengsi di Jakarta. Mengapa orang ingin bunuh diri? Belum ada jawaban yang tepat dan jelas. Hanya saja, salah satu faktor pemicunya, bisa jadi gangguan jiwa bipolar. Biasanya gangguan ini berujung pada kematian.

Menurut dr Jap Mustopo B SpKJ dari Rumah Sakit Mayapada, Tangerang, perasaan senang dan sedih muncul secara tidak menentu dan berlangsung tiba-tiba termasuk dalam kategori gangguan penyakit jiwa bipolar. Bipolar itu sendiri adalah gangguan afektif bipolar. Mood atau keadaan emosi internal merupakan penyebab utama dari gangguan ini.

Bipolar, kata dr Jap, memiliki dua kutub, yaitu manik dan depresi. Gangguan ini bersifat episode yang cenderung berulang, menunjukkan suasana perasaan atau mood dan tingkat aktivitas yang terganggu.

"Terkadang orang itu kan memiliki perasaan atau yang bisa kita sebut sebagai mood meninggi, energi dan aktivitas fisik dan mental meningkat (episode manik atau hipomanik) dan pada waktu lain berupa penurunan mood, energi dan aktivitas dan mental berkurang (episode depresi)," ungkapnya.

Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara dua minggu sampai lima bulan. Sedangkan depresi cenderung berlangsung lebih lama. "Episode hipomanik mempunyai derajat yang lebih ringan daripada manik," katanya.

Penyebab Bipolar

Mereka yang mengalami gangguan bipolar ini beralih dari perasaan sangat senang dan gembira ke perasaan sangat sedih atau sebaliknya. Dua kutub mood tinggi dan rendah, saling bergantian. Di antara episode peralihan mood ini bisa saja orang megalami mood yang normal. Bisa dikatakan bahwa insiden gangguan bipolar tidak tinggi antara 0,3-1,5 persen. Tapi angka tersebut belum termasuk yang misdiagnosis. Risiko kematian terus membayangi penderita bipolar dan itu lebih karena mereka mengambil jalan pintas.

Penyebab gangguan ini, tidak diketahui secara pasti. Faktor genetika, dan faktor psikososial. Para peneliti pun mengatakan bahwa terjadi disregulasi heterogen dari neurotransmitter atau zat kimia di otak.
Faktor genetika dinilai melalui suatu mekanisme gen yang kompleks, sedangkan peristiwa-peristiwa kehidupan dan stres lingkungan merupakan faktor psikososial yang sering mendahului episode pertama dari gangguan bipolar tersebut.

Episode pertama bisa timbul mulai dari mata kanak-kanak sampai tua. Kebanyakan kasus terjadi pada dewasa muda berusia 20-30 tahun. Semakin dini seseorang menderita bipolar, risiko penyakit akan lebih berat, berkepanjangan, bahkan sering kambuh. Sementara anak-anak berpotensi mengalami perkembangan gangguan ini ke dalam bentuk yang lebih parah dan sering bersamaan dengan gangguan hiperaktif defisit atensi.

Orang yang berisiko mengalami gangguan bipolar adalah mereka yang mempunyai anggota keluarga mengidap penyakit bipolar. Gejala manik biasanya ditandai dengan perasaan gembira yang berlebihan, seperti perubahan mendadak dari perasaan gembira menjadi tiba-tiba marah, keresahan, tutur kata cepat dan konsentrasi kurang, energi yang meningkat dan keinginan tidur kurang, dorongan seksualitas tinggi, cenderung membuat rencana besar dan sulit dicapai, cenderung kurang dalam memberikan penilaian terhadap sesuatu, penyalahgunaan obat dan alkohol, dan impulsivitas meningkat.

Sedangkan gejala depresi biasanya ditunjukkan dengan kesedihan, kehilangan energi, perasaan putus asa atau tak berarti, hilangnya kegembiraan terhadap hal yang belum dirasa menyenangkan, sulit berkonsentrasi, menangis tak terkendali, sulit mengambil keputusan, lekas marah, insomnia, perubahan nafsu makan, berfikir dan mencoba untuk melakukan bunuh diri. Gangguan bipolar ini juga bisa terjadi pada laki-laki maupun perempuan. Perempuan dengan gangguan bipolar mengalami peralihan mood yangn lebih cepat.

Penanganan Bipolar


Sebelum melakukan penanganan terhadap gangguan bipolar, biasanya terlebih dahulu dilakukan diagnosa dengan memperhatikan secara seksama gejala, tingkat ketakutan, angka waktu, dan frekuensi. Dan gejala yang paling mudah untuk dikenali adalah gejala peralihan mood yang tinggi (dari yang tinggi ke rendah) yang tidak berpola.

Gangguan bipolar ini merupakan gangguan jangka panjang yang membutuhkan penanganan komprehensif. Mereka yang memiliki empat atau lebih perubahan mood dalam setahun lebih sulit untuk ditangani. Menurut dr Jap, seorang pasien yang mengalami gangguan bipolar bisa sembuh. Dalam empat fase itu pasien bisa menjalankan terapi. Tapi jika tak berhasil atau mebahayakan, diperlukan penanganan khusus di rumah sakit khusus atau tempat rehabilitasi mental. "Biasanya psikoterapi berupa terapi perilaku-kognitif menjadi pilihan," ungkapnya.

Sudah lebih dari 50 tahun lithium digunakan sebagai terapi gangguan bipolar. Efektivitasnya telah terbukti pada 60-80 persen pasien. Terapi ini bisa menekan angka kematian karena bunuh diri dan ongkos perawatan.

Farmakoterapi adalah pemberian obat-obatan jenis mood stabilizer ditambah obat-obatan gol antipsikotik sesuai dengan gambaran klinis yang ditunjukkan oleh penderita tersebut. Antipsikotik lebih baik daripada lithium pada sebagian penderita gangguan bipolar.

Perhatian ekstra harus dilakukan bila hendak merencanakan pemberian antipsikotik jangka panjang terutama generasi pertama atau golongan tipikal karena dapat menimbulkan beberapa efek samping. Bila sudah terkena gangguan bipolar ini, kontrol secara teratur, minum obat secara teratur, dan kemampuan mengenali gejala-gejala merupakan kunci utama pencegahannya.

0 komentar